Selasa, 02 Oktober 2012

Peran dan Tanggung Jawab Sosial Mahasiswa

“Mahasiswa“ merupakan sebuah ungkapan yang secara terminologi melekat erat pada diri muda anak bangsa yang memiliki semangat membara jika dipercikkan api motivasi dan masa dimana seorang pemuda berada dalam tahap persiapan menuju kehidupan yang lebih jauh lagi. Mahasiswa sebuah estetika gairah muda yang bergelora dan tidak  semua pemuda dapat meraihnya. Sebuah sebutan yang tentunya harus ditebus dengan perjuangan, baik itu dengan pengorbanan materi dan nonmateri. Kita mengetahui bagaimana susahnya untuk melanjutkan pendidikan, ada mereka yang beruntung dan ada pula yang harus angkat kaki dari karpet perguruan tinggi. Beruntunglah untuk mereka yang terus memacu semangatnya untuk berjuang hingga akhir nafasnya, demi selembar kertas yang sangat dibanggakannya. Begitulah kira – kira akhir dari perjalanan panjang seorang pemuda yang kita sebut mahasiswa. Lebih jauh lagi, mereka jelas tidaklah puas hanya menenteng selembar kertas dengan tanda tangan si rektor. Realita yang sebenarnya ada saat mereka kelak berjalan lebih jauh, mata akan terperanga dengan keadaan yang ada di luar idealisme mereka.
Siap ataupun masih bersiap, mahasiswa telah ditakdirkan untuk berjibaku dengan masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh generasi sebelumnya.  Tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini menjadi fardu bagi mereka yang mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Perjalanan yang panjang telah dimulai saat mahasiswa menginjakkan kakinya di gerbang perguruan tinggi. Awan putih dan matahari kemilau sinarnya, telah mengundang jiwa – jiwa muda yang berbahagia untuk mengasah otak dan hati di sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa yang pada awalnya adalah transformasi genetik dari anak SMA/SMK telah lahir dan siap untuk bermutasi menjadi gen baru yang bergairah dan memiliki totalitas hidup. Tidak dapat dipungkiri, mahasiswa akan terus berkembang bersama dengan dewasanya masalah yang mereka hadapi. Baik selama di kampus maupun di luar area kampus. Inilah yang menjadi faktor penting, lingkungan sebagai bentuk stimulus yang memberikan rangsangan kepada emosi mahasiswa untuk merespon isu – isu sosial yang berkembang dalam lingkungan tersebut.
Lingkungan mahasiswa dapat kita identifikas sebagai dua tempat yang khas. Utamanya kepribadian dan personalitasnya dapat dirilis dalam rancangan personal kampus dan selanjutnya kehidupan alamiah yang berkembang di sekitar tempat tinggalnya. Kedua lingkungan ini merupakan suatu platform media yang dapat menentukan peran mahasiswa. Lingkungan kampus contohnya dapat memberikan pendidikan emosional dan spiritual bagi diri mahasiswa. Lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal dapat membantu mahasiswa membentuk kesadaran bermasyarakat dengan merekonstruksi kondisi – kondisi dimana peran sosial potensial dalam diri individu mahasiswa dapat tersalurkan.
Entitas unik mahasiswa terbentuk via kehidupan kampus. Semua pengalaman yang dilalui oleh mahasiswa menentukan level  kualitas tingkah laku dan pola pikirnya. Dan tentu saja tidak semua mahasiswa akan memiliki kualitas yang sama, kualitas yang dimiliki oleh mahasiswa dapat dirujuk dari peran aktif mereka di dalam kegiatan kemahasiswaan, bagaimana rekam jejak akademik dan seberapa besar kontribusi mereka pada dinamika kampus. Kebanyakan dari mahasiswa merupakan mahasiswa abal – abal ­atau istilah kerennya sekarang KW. Mungkin untuk KW Super ada jenis mahasiswa yang dapat proaktif terhadap pergerakan kampus dan akademik, namun ada sisi jeleknya juga mereka tidak dapat memotivasi mahasiswa lain untuk terjun dan bergabung dalam dinamika tersebut. Selanjutnya, dapat pula digambarkan jenis mahasiswa lain, KW 1 , KW 2 , KW 3 hingga KW lainnya,yang semakin lama semakin berkurang rasa optimis dan membludaknya apatisme terhadap hakikat mereka sebagai pewaris perjuangan rakyat. Sikap apatis tersebut merupakan virus yang sangat mematikan dalam diri mahasiswa. Hampir 80% mahasiswa sekarang telah terjangkit oleh virus apatis ini. Membunuh secara perlahan dan mengancam sustainabilitas perjuangan kampus. Sikap acuh tak acuh, mulai timbul terhadap dosen, rekan sejawat, bahkan respon politik yang semakin buram. Terpampang jelas di depan mata kita, dan dapat disaksikan bagaimana tingkah laku mahasiswa saat ini, lebih senang hura – hura, huru – hara, nge-gap di kantin, rutin pacaran dan sebagainya. Semua seakan lumrah di zaman saat ini, semua boleh dan tiada yang melarang.
Semakin tingginya tingkat apatisme dalam diri generasi muda maka tidak lain dan tidak bukan kehancuran akan semakin dekat. Apakah cukup tenaga orang tua saat ini untuk membalikkan keadaan yang terus bergelombang saat ini. Musim kemarau dan penghujan dalam demokrasi kehidupan bangsa mengajarkan kita bahwa sangat sulit untuk tersenyum dalam keadaan yang serba sulit saat ini.
Di tengah kegaluan yang kian memuncak dan apatisme yang melonjak tajam. Peran perguruan tinggi sangatlah diharapkan. Perguruan tinggi harus menjalankan tri darmanya, untuk mewujudkan generasi pemimpin masa mendatang yang cerdas dan bermoral. Perguruan tinggi mempunyai tiga aspek yang wajib dipenuhi, aspek pertama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan wujud bakti perguruan tinggi untuk bangsa. Sebagai tempat pendidikan dan pembentukan moral anak bangsa , perguruan tinggi dituntut komitmennya untuk memberikan sumbangan terhadap pembangunan manusia yang berkelanjutan. Aspek kedua , adalah penelitian. Penelitian dilakukan setelah seorang mahasiswa mendapatkan pendidikan yang dirasa cukup, maka mereka dapat mengembangkan penelitian yang bertujuan menghasilkan suatu bentuk referensi ilmiah yang baru dan bermanfaat. Terakhir, bakti perguruan tinggi adalah bagaimana ilmu yang telah didapatkan dari pendidikan dan penelitian tersebut dapat disumbangkan kepada masyarakat. Artinya apa yang dikembangkan dalam kehidupan kampus memiliki hubungan dengan sistem yang berada di luarnya. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab sosial terhadap pengembangan kehidupan yang lebih baik, secara langsung wakil – wakil perguruan tinggi inilah (baca: mahasiswa) yang wajib menyampaikan produk pendidikan mereka ke khalayak ramai.
Peran kampus dalam membentuk manusia yang berkualitas tidaklah lebih baik dari kesadaran mahasiswa itu sendiri akan peran penting mereka untuk longterm . Mahasiswa yang sadar dan paham terhadap diri mereka akan bersiap untuk berperang terhadap realita yang ada dalam masyarakat. Selama di perguruan tinggi mereka akan menyiapkan bekal untuk terjun dan berkompetisi. Mahasiswa yang paham benar peranan mereka akan selalu memanfaatkan waktunya untuk terus mengasah kepiawaiannya dalam hal akademik maupun nonakademik.
Begitu banyak peran yang akan dimainkan oleh mahasiswa. Kesuksesan di akhir hanyalah milik mereka yang pandai dalam memanajemen peran tersebut. Dan sangatlah fatal akibatnya bagi mereka yang hanya menonton dan bertanya namun tanpa usaha yang jelas untuk diri mereka.
Peran mahasiswa sebenarnya dapat kita kelompokkan menjadi berbagai macam. Dalam perkembangannya, peran tersebut dapat kita hubungkan dengan tanggung jawab sosial mereka sebagai agent of social change. Peran mahasiswa yaitu peran moral, peran sosial , peran akademik dan peran politik. Peran – peran inilah yang harus mereka lakoni untuk keseimbangan dalam diri mereka. tidak semua orang dapat melakukan semua peran ini dengan maksimal, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan. Keempat peran tersebut hanya dapat dilakukan untuk mereka yang memiliki niatan yang ikhlas untuk membawa bangsa ini ke jalur yang semestinya. Jalur bagi negara – negara maju yang terus bersaing. Mahasiswa dapat memainkan peran – peran dan tanggung jawab tersebut untuk membenahi tekstur kehidupan bangsa mulai dari level bawah. Hal yang sangat krusial dalam kehidupan bangsa adalah bagaimana masyarakat bawah dapat dikomandoi untuk melakukan dan membiasakan diri dengan sistem yang benar. Sehingga dengan peran mahasiswa ini, dapat menjalar ke tingkat yang lebih tinggi dan masa waktu yang selanjutnya.
Berbicara mengenai peran serta mahasiswa, akan sangat menarik untuk membahasnya satu persatu. Peran utama mahasiswa jelaslah sebagai sebuah kewajiban individu kepada orang tua masing – masing. Selembar sertifikat ijazah dengan nilai memuaskan merupakan suatu euforia kebanggan yang dihadiahkan kepada kedua orang tua tercinta. Melalui sekelumit proses panjang beberapa semester mahasiswa telah menjalankan peran akademiknya yang pertama,di samping itu mereka terus mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penelitian dan mengasah logika dengan berbagai perlombaan akademik lainnya.
Peran selanjutnya adalah peran moral. Moral merupakan peran mendasar yang jika dilakukan dengan baik maka peran – peran lainnya akan menjadi baik pula. Pola tingkah laku dapat menentukan keberhasilan seseorang.  Terkadang peran ini yang dilupakan mahasiswa. Sebagai insan terdidik mereka sering buta akan keberadaan harkat dan martabat mereka untuk selalu menjaga nama baik diri mereka. moral kemanusiaan sangatlah penting dalam diri mahasiswa. Contohnya saja, tidak adanya rasa malu bagi mahasiswa saat berduaan antarlawan jenis baik itu jalan ataupun di mall. Mahasiswa seharusnya dapat menjaga kepercayaan masyarakat di sekitarnya dengan memberikan contoh perilaku yang baik bagi masyarakat bukannya dengan menjatuhkan diri mereka sendiri. Belum lagi , banyaknya mahasiswa yang suka membuat huru – hara pada perguruan tinggi tertentu, sehingga reporter senang sekali memberitakan kejadian tersebut di medi – media. Merupakan suatu langganan media massa, berkelahi antarmahasiswa dan membakar gedung rektor. Apakah ini yang dinamakan mahasiswa, apakah ini sikap mental yang ditunjukkan oleh mereka yang disebut “Mahasiswa” ? tentulah tidak. Namun seburuknya perilaku demikian, ada pula yang berjuang keras dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi terkadang sikap anarkis dapat mencoreng harumnya perilaku mahasiswa yang baik tersebut.
Peran mahasiswa yang terakhir adalah peran sosial dan politiknya. Kedua buah peran ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab berbagai peran sosial yang dilakukan mahasiswa tidak luput sebagai bentuk peran politik aktif mereka terhadap keadaan bangsa. Hal ini dapat dilihat bagaimana peran aktif mahasiswa mulai dari era sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Idealisme dan totalitas selalu dimunculkan dalam setiap aksinya. Sehingga Ir. Soekarno pernah berkata “ Berikan aku sepuluh pemuda maka akan ku guncang dunia .“ begitu dahsyatnya semangat yang ada dalam diri mahasiswa sehingga mereka dapat membuat perubahan hebat dalam sejarah manusia. Seperti yang kita ketahui dalam sejarah bangsa ini, mahasiswa dan pelajar telah mengukir perjuangan emas dalam mewujudkan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Lembar demi lembar perjuangan telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keadaan bangsa yang sekarang ini merupakan warisan generasi 20 tahun yang lampau. Citra kejayaan dan keterpurukan bangsa bersatu dalam sebuah drama reformasi yang kian redup dan membawa kita kembali ke masa – masa yang telah berlalu. Peran mahasiswa di zaman sekarang bukanlah lagi mencapai kemerdekaan, ataupun mengangkat senjata untuk menyerbu benteng lawan. Peran riilnya adalah mahasiswa dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kestabilan dan kemantapan nasional. Hal ini tentunya harus dimulai dari masyarakat terlebih dahulu. Membenahi sistem yang kacau, membangun kembali pondasi demokrasi yang ternodai oleh KKN hingga menyelamatkan aset – aset bangsa yang digandrungi para pengkhianat bangsa.
Peran sosial yang nyata itu dapat dilihat dari peran serta mahasiswa dalam masyarakat. Selain status mereka sebagai civitas akademika, mahasiswa juga turut merespon keberadaan masyarakat di sekitarnya. Melalui organisasi – organisasi kampus dan kemahasiswaan, mahasiswa membantu masyarakat menyelesaikan perkara sosial yang ada dalam masyarakat. Peran sosial ini dapat berupa melakukan kegiatan bakti sosial untuk desa – desa yang tertimpa musibah bencana alam. Mahasiswa dengan bersemangatnya mengumpulkan bantuan melalui posko – posko, turun ke jalan meminta sumbangan dari pengedara kendaraan bermotor  bahkan ada yang rela memberikan barang berharga demi mendapatkan biaya untuk membenahi kerusakan yang terjadi akibat bencana alam. Contoh lain dapat kita lihat, saat ada kerisihan dalam hati mereka melihat ketidakberdayaan masyarakat miskin, mahasiswa memberikan bantuan berupa motivasi dan bantuan dana untuk meringankan beban mereka.
Peran sosial dalam diri mahasiswa tidak terlepas dari diri mereka yang merupakan homo sosial. Mahasiswa menjalankan peran sosial dan peran politiknya secara bersamaan dalam realita kehidupan bangsa saat ini. Sebagai contoh dapat kita rujuk pada awal kemerdekaan, saat itu terbentuk organisasi – organisasi dan perhimpunan mahasiswa. Organisasi ini merupakan suatu wujud kesatuan nasional. Organisasi mahasiswa sebagai pilar ke-4 demokrasi mulai menunjukkan taringnya saat rakyat dilakukan semena – mena oleh rezim yang berkuasa. Penindasan hak dan ketidakadilan pemerintah terhadap rakyat menjadi isu hangat yang menggelontorkan mahasiswa turun ke jalan. Sebagai aksi tidak didengarkannya tuntuan mereka atas kejadian yang memilukan. Mereke berorasi dan berdemonstrasi mengatakan kebenaran dan menguak kebusukan. Sebagai contoh, pada tahun 1970an mahasiswa menuntut kebijakan yang dikeluarkan negara, menyengsarakan rakyat. Ketidakberdayaan ekonomi negara menjadi bahan sedap untuk dipermasalahkan. Harga BBM dan antikorupsi selalu dikumandangkan. Puncaknya mahasiswa semakin heroik pada tahun 1998. Ribuan mahasiswa turun ke jalan untuk menduduki gedung MPR dan memaksa Soeharto lengser dari jabatannya. Puluhan nyawa tidaklah sia – sia bagi mereka, teriakan dan jeritan rakyat menambah amunisi mereka untuk terus berjuang. Masih teringat jelas dan betapa kagumnya kita pada perjuangan mahasiswa dalam tragedi semanggi I dan II , tragedi trisakti dan beberapa daerah lainnya. Hal ini membuktikan semangat pemuda adalah yang utama untuk merobohkan kediktatoran soeharto dan junta militernya. Soeharto dibuat tak berdaya di hadapan mahasiswa Indonesia. Peran sosial untuk mengawasi lembaga negara dan sebagai kelompok penekan inilah yang selalu dijalankan oleh laskar mahasiswa. Sebagaimana janji mereka pada Sumpah Pemuda 1928, yang menghasilkan tiga pemahaman yaitu satu Nusa satu bangsa dan satu bahasa. Saat inipun peran sosial politik terus dimainkan, mahasiswa masih dan akan terus mengawasi dalam setiap tindak tanduk eksekutif, legislatif dan yudikatif. Akhir – akhir inipun aksi semakin gencar, mahasiswa mewakili aspirasi rakyat dan telah menggantikan para politisi di senayan. Parlemen jalanan akan sangat mudah kita saksikan, tidak lain dan tidak bukan hanya demi keadilan untuk masyarakat. Keadilan di mata hukum, di bidang ekonomi, pendidikan, politik dan hukum. Kelompok penekan seperti mahasiswa semakin kokoh dengan adanya pers sebagai pilar ke-5 demokrasi yang membantu memberikan informasi ke luar dan ke dalam. Turut sertanya pilar ke – 5 sangat memberikan warna dalam demokrasi Indonesia dan menginformasikan keadaan negara saat ini.
Mahasiswa sekarang dihadapkan pada kenyataan tentang potret buruk bangsa ini dan masalah internal yang menerpa mereka yaitu apatisme. Peran krusial mahasiswa sebagai agen sosial, akan hancur sia – sia jika mereka terjerumus dalam keadaan yang sedemikian. Mahasiswa memainkan lakon yang harus berhadapan dengan sutradara politik di negara ini. Masalah sosial yang muncul merupakan imbas permainan politikus busuk, yang menyuburkan Korupsi di negeri ini.  Harapan besar ada pada mahasiswa, merekalah yang akan mewarisi perjuangan generasi terdahulu melawan ketidakadilan dan opera sabun yang bermunculan akhir – akhir ini. Entah direkayasa ataukah memang proses alam akibat kesalahan di masa lampau.
Apapun yang terjadi selanjutnya, mahasiswa tetaplah dengan idealismenya. Masalah terbesar dalam diri mahasiswa adalah apatisme yang dapat melunturkan peran mahasiswa dalam membela panji keadilan dan pemberantasan korupsi. Harapan bangsa ini tidak lain hanyalah terwujudnya pemerintah yang bersih dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme. Masyarakatpun menggantungkan harapannya kepada seluruh mahasiswa untuk dapat menganyam kembali tali moral bangsa ini yang telah rusak. Peran sosial dan politik mahasiswa diharapkan selalu muncul di saat yang tepat untuk membela kepentingan rakyat dan melengserkan gugusan aparat keji berdasi.
Sesungguhnya mahasiswa diciptakan untuk membangun kembali bangsa ini yang telah jauh terjatuh, perlahan namun pasti jelas akan tiba masa mahasiswa membawa keadilan yang merata untuk segenap rakyat Indonesia. Peran dijalankan dengan penuh tanggung jawab untuk mewujudkan Indonesia yang dicita – citakan oleh kita semua. Indonesia dan Rakyat Sejahtera.

GMNI Tuding Dekan Fakultas Tehnik UGP KKN

 

Takengen | Lintas Gayo - Gerakan Nasional Mahasiswa Indonesia (GMNI) cabang Aceh Tengah menuding Dekan Fakultas Tehnik Universitas Gajah Putih KKN dalam menjalankan tugasnya.

Dalam pernyataan yang ditandatangani Aramiko Aritonang, yang diterima Lintas Gayo, Kamis, (27/9) ,  GMNI menyebut beberapa tindakan dekan yang dinilai berbau KKN seperti, seperti mengganti dosen tetap tanpa pemberitahuan atau surat pemecatan kemudian menggantinya dengan famili dekan.
Selain itu, Dekan Fakultas Tehnik, Zainal Abidin dinilai GMNI mengganti dosen yang dikeluarkan tidak berkualitas sehingga banyak dikeluhkan mahasiswa. Demikian halnya bendahara Fakultas Tehnik UGP ditangani oleh sang dekan.
Dekan fakultas tehnik diduga GMNI  menjadikan fakultas tersebut sebagai ladang mencari uang. GMNI menilai, akibat keadaan ini, telah menodai semangat reformasi  serta  berakibat buruk bagi kemajuan akademik mahasiswa fakultas tehnik.
Dekan Fakultas Tehnik, Zainal Abdidin M.Kom yang dikonfirmasi terkait tudingan KKN yang dilakukannya selama menjadi dekan melalui sambungan telepon seluler mengaku sedang berada di Lhokseumawe, Jum’at pagi (28/9). Zainal membantah semua tudingan GMNI.
Menurut  Zainal, dia tidak pernah memecat dosen. Dosen yang tidak pernah masuk, sesuai ketentuan yang berlaku memang dilakukan pemecatan.
Menjawab bahwa famili sang dekan yang menggantikan dosen yang dipecat, Zainal juga membantah.  Menurut Zainal, perekrutan dosen di fakultas tehnik dilakukan sesuai ketentuan yang ada, bukan berdasarkan KKN.
Demikian halnya bendahara, bukan ditangani oleh  sang dekan. “Kalau memang ada yang tidak sesuai mari kita diskusikan secara terbuka”, kata Zainal dan menyatakan segera pulang dari Lhokseumawe.
Mantan Bendahara Fakultas Tehnik UGP, Ani yang coba dikonfirmasi Jum’at siang  (28/9) menyatakan sudah dipecat sejak 10 bulan lalu dan saat ditelepon sedang mengajar sehingga minta dihubungi lagi setelah selesai mengajar.
Rektor Universitas Gajah Putih Takengon , Ir.Syukur Kobath yang diminta konfirmasinya terkait tudingan ini menyakan bahwa akan memanggil para pihak  di sana untuk dimusyawarahkan.
“Kita rapatkan dulu. Tidak boleh ada tudingan yang tidak baik karena hal itu akan membunuh karakter  yang bersangkutan”, pungkas Rektor UGP (Win RB)