Siap
ataupun masih bersiap, mahasiswa telah ditakdirkan untuk berjibaku
dengan masalah dan tantangan hidup yang diwariskan oleh generasi
sebelumnya. Tantangan yang ada bukanlah pilihan, namun ini menjadi
fardu bagi mereka yang mengerti akan arti sebuah perjuangan untuk terus
memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.
Perjalanan
yang panjang telah dimulai saat mahasiswa menginjakkan kakinya di
gerbang perguruan tinggi. Awan putih dan matahari kemilau sinarnya,
telah mengundang jiwa – jiwa muda yang berbahagia untuk mengasah otak
dan hati di sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa yang pada awalnya adalah
transformasi genetik dari anak SMA/SMK telah lahir dan siap untuk
bermutasi menjadi gen baru yang bergairah dan memiliki totalitas hidup.
Tidak dapat dipungkiri, mahasiswa akan terus berkembang bersama dengan
dewasanya masalah yang mereka hadapi. Baik selama di kampus maupun di
luar area kampus. Inilah yang menjadi faktor penting, lingkungan sebagai
bentuk stimulus yang memberikan rangsangan kepada emosi mahasiswa untuk
merespon isu – isu sosial yang berkembang dalam lingkungan tersebut.
Lingkungan
mahasiswa dapat kita identifikas sebagai dua tempat yang khas. Utamanya
kepribadian dan personalitasnya dapat dirilis dalam rancangan personal
kampus dan selanjutnya kehidupan alamiah yang berkembang di sekitar
tempat tinggalnya. Kedua lingkungan ini merupakan suatu platform
media yang dapat menentukan peran mahasiswa. Lingkungan kampus
contohnya dapat memberikan pendidikan emosional dan spiritual bagi diri
mahasiswa. Lingkungan masyarakat sekitar tempat tinggal dapat membantu
mahasiswa membentuk kesadaran bermasyarakat dengan merekonstruksi
kondisi – kondisi dimana peran sosial potensial dalam diri individu
mahasiswa dapat tersalurkan.
Entitas unik mahasiswa terbentuk via kehidupan kampus. Semua pengalaman yang dilalui oleh mahasiswa menentukan level kualitas
tingkah laku dan pola pikirnya. Dan tentu saja tidak semua mahasiswa
akan memiliki kualitas yang sama, kualitas yang dimiliki oleh mahasiswa
dapat dirujuk dari peran aktif mereka di dalam kegiatan kemahasiswaan,
bagaimana rekam jejak akademik dan seberapa besar kontribusi mereka pada
dinamika kampus. Kebanyakan dari mahasiswa merupakan mahasiswa abal – abal atau istilah
kerennya sekarang KW. Mungkin untuk KW Super ada jenis mahasiswa yang
dapat proaktif terhadap pergerakan kampus dan akademik, namun ada sisi
jeleknya juga mereka tidak dapat memotivasi mahasiswa lain untuk terjun
dan bergabung dalam dinamika tersebut. Selanjutnya, dapat pula
digambarkan jenis mahasiswa lain, KW 1 , KW 2 , KW 3 hingga KW
lainnya,yang semakin lama semakin berkurang rasa optimis dan
membludaknya apatisme terhadap hakikat mereka sebagai pewaris perjuangan
rakyat. Sikap apatis tersebut merupakan virus yang sangat mematikan
dalam diri mahasiswa. Hampir 80% mahasiswa sekarang telah terjangkit
oleh virus apatis ini. Membunuh secara perlahan dan mengancam
sustainabilitas perjuangan kampus. Sikap acuh tak acuh, mulai timbul
terhadap dosen, rekan sejawat, bahkan respon politik yang semakin buram.
Terpampang jelas di depan mata kita, dan dapat disaksikan bagaimana
tingkah laku mahasiswa saat ini, lebih senang hura – hura, huru – hara,
nge-gap di kantin, rutin pacaran dan sebagainya. Semua seakan lumrah di zaman saat ini, semua boleh dan tiada yang melarang.
Semakin
tingginya tingkat apatisme dalam diri generasi muda maka tidak lain dan
tidak bukan kehancuran akan semakin dekat. Apakah cukup tenaga orang
tua saat ini untuk membalikkan keadaan yang terus bergelombang saat ini.
Musim kemarau dan penghujan dalam demokrasi kehidupan bangsa
mengajarkan kita bahwa sangat sulit untuk tersenyum dalam keadaan yang
serba sulit saat ini.
Di
tengah kegaluan yang kian memuncak dan apatisme yang melonjak tajam.
Peran perguruan tinggi sangatlah diharapkan. Perguruan tinggi harus
menjalankan tri darmanya, untuk mewujudkan generasi pemimpin masa
mendatang yang cerdas dan bermoral. Perguruan tinggi mempunyai tiga
aspek yang wajib dipenuhi, aspek pertama adalah pendidikan. Pendidikan
merupakan wujud bakti perguruan tinggi untuk bangsa. Sebagai tempat
pendidikan dan pembentukan moral anak bangsa , perguruan tinggi dituntut
komitmennya untuk memberikan sumbangan terhadap pembangunan manusia
yang berkelanjutan. Aspek kedua , adalah penelitian. Penelitian
dilakukan setelah seorang mahasiswa mendapatkan pendidikan yang dirasa
cukup, maka mereka dapat mengembangkan penelitian yang bertujuan
menghasilkan suatu bentuk referensi ilmiah yang baru dan bermanfaat.
Terakhir, bakti perguruan tinggi adalah bagaimana ilmu yang telah
didapatkan dari pendidikan dan penelitian tersebut dapat disumbangkan
kepada masyarakat. Artinya apa yang dikembangkan dalam kehidupan kampus
memiliki hubungan dengan sistem yang berada di luarnya. Perguruan tinggi
memiliki tanggung jawab sosial terhadap pengembangan kehidupan yang
lebih baik, secara langsung wakil – wakil perguruan tinggi inilah (baca:
mahasiswa) yang wajib menyampaikan produk pendidikan mereka ke khalayak
ramai.
Peran
kampus dalam membentuk manusia yang berkualitas tidaklah lebih baik
dari kesadaran mahasiswa itu sendiri akan peran penting mereka untuk longterm
. Mahasiswa yang sadar dan paham terhadap diri mereka akan bersiap
untuk berperang terhadap realita yang ada dalam masyarakat. Selama di
perguruan tinggi mereka akan menyiapkan bekal untuk terjun dan
berkompetisi. Mahasiswa yang paham benar peranan mereka akan selalu
memanfaatkan waktunya untuk terus mengasah kepiawaiannya dalam hal
akademik maupun nonakademik.
Begitu
banyak peran yang akan dimainkan oleh mahasiswa. Kesuksesan di akhir
hanyalah milik mereka yang pandai dalam memanajemen peran tersebut. Dan
sangatlah fatal akibatnya bagi mereka yang hanya menonton dan bertanya
namun tanpa usaha yang jelas untuk diri mereka.
Peran
mahasiswa sebenarnya dapat kita kelompokkan menjadi berbagai macam.
Dalam perkembangannya, peran tersebut dapat kita hubungkan dengan
tanggung jawab sosial mereka sebagai agent of social change.
Peran mahasiswa yaitu peran moral, peran sosial , peran akademik dan
peran politik. Peran – peran inilah yang harus mereka lakoni untuk
keseimbangan dalam diri mereka. tidak semua orang dapat melakukan semua
peran ini dengan maksimal, namun bukan berarti tidak dapat dilakukan.
Keempat peran tersebut hanya dapat dilakukan untuk mereka yang memiliki
niatan yang ikhlas untuk membawa bangsa ini ke jalur yang semestinya.
Jalur bagi negara – negara maju yang terus bersaing. Mahasiswa dapat
memainkan peran – peran dan tanggung jawab tersebut untuk membenahi
tekstur kehidupan bangsa mulai dari level bawah. Hal yang sangat krusial
dalam kehidupan bangsa adalah bagaimana masyarakat bawah dapat
dikomandoi untuk melakukan dan membiasakan diri dengan sistem yang
benar. Sehingga dengan peran mahasiswa ini, dapat menjalar ke tingkat
yang lebih tinggi dan masa waktu yang selanjutnya.
Berbicara
mengenai peran serta mahasiswa, akan sangat menarik untuk membahasnya
satu persatu. Peran utama mahasiswa jelaslah sebagai sebuah kewajiban
individu kepada orang tua masing – masing. Selembar sertifikat ijazah
dengan nilai memuaskan merupakan suatu euforia kebanggan yang
dihadiahkan kepada kedua orang tua tercinta. Melalui sekelumit proses
panjang beberapa semester mahasiswa telah menjalankan peran akademiknya
yang pertama,di samping itu mereka terus mengembangkan ilmu pengetahuan
dengan penelitian dan mengasah logika dengan berbagai perlombaan
akademik lainnya.
Peran
selanjutnya adalah peran moral. Moral merupakan peran mendasar yang
jika dilakukan dengan baik maka peran – peran lainnya akan menjadi baik
pula. Pola tingkah laku dapat menentukan keberhasilan seseorang.
Terkadang peran ini yang dilupakan mahasiswa. Sebagai insan terdidik
mereka sering buta akan keberadaan harkat dan martabat mereka untuk
selalu menjaga nama baik diri mereka. moral kemanusiaan sangatlah
penting dalam diri mahasiswa. Contohnya saja, tidak adanya rasa malu
bagi mahasiswa saat berduaan antarlawan jenis baik itu jalan ataupun di
mall. Mahasiswa seharusnya dapat menjaga kepercayaan masyarakat di
sekitarnya dengan memberikan contoh perilaku yang baik bagi masyarakat
bukannya dengan menjatuhkan diri mereka sendiri. Belum lagi , banyaknya
mahasiswa yang suka membuat huru – hara pada perguruan tinggi tertentu,
sehingga reporter senang sekali memberitakan kejadian tersebut di medi –
media. Merupakan suatu langganan media massa, berkelahi antarmahasiswa
dan membakar gedung rektor. Apakah ini yang dinamakan mahasiswa, apakah
ini sikap mental yang ditunjukkan oleh mereka yang disebut “Mahasiswa” ?
tentulah tidak. Namun seburuknya perilaku demikian, ada pula yang
berjuang keras dalam menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi terkadang
sikap anarkis dapat mencoreng harumnya perilaku mahasiswa yang baik
tersebut.
Peran
mahasiswa yang terakhir adalah peran sosial dan politiknya. Kedua buah
peran ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab berbagai peran
sosial yang dilakukan mahasiswa tidak luput sebagai bentuk peran
politik aktif mereka terhadap keadaan bangsa. Hal ini dapat dilihat
bagaimana peran aktif mahasiswa mulai dari era sebelum kemerdekaan
hingga saat ini. Idealisme dan totalitas selalu dimunculkan dalam setiap
aksinya. Sehingga Ir. Soekarno pernah berkata “ Berikan aku sepuluh
pemuda maka akan ku guncang dunia .“ begitu dahsyatnya semangat yang ada
dalam diri mahasiswa sehingga mereka dapat membuat perubahan hebat
dalam sejarah manusia. Seperti yang kita ketahui dalam sejarah bangsa
ini, mahasiswa dan pelajar telah mengukir perjuangan emas dalam
mewujudkan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Lembar
demi lembar perjuangan telah diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Keadaan bangsa yang sekarang ini merupakan warisan generasi
20 tahun yang lampau. Citra kejayaan dan keterpurukan bangsa bersatu
dalam sebuah drama reformasi yang kian redup dan membawa kita kembali ke
masa – masa yang telah berlalu. Peran mahasiswa di zaman sekarang
bukanlah lagi mencapai kemerdekaan, ataupun mengangkat senjata untuk
menyerbu benteng lawan. Peran riilnya adalah mahasiswa dapat
berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kestabilan dan kemantapan
nasional. Hal ini tentunya harus dimulai dari masyarakat terlebih
dahulu. Membenahi sistem yang kacau, membangun kembali pondasi demokrasi
yang ternodai oleh KKN hingga menyelamatkan aset – aset bangsa yang
digandrungi para pengkhianat bangsa.
Peran
sosial yang nyata itu dapat dilihat dari peran serta mahasiswa dalam
masyarakat. Selain status mereka sebagai civitas akademika, mahasiswa
juga turut merespon keberadaan masyarakat di sekitarnya. Melalui
organisasi – organisasi kampus dan kemahasiswaan, mahasiswa membantu
masyarakat menyelesaikan perkara sosial yang ada dalam masyarakat. Peran
sosial ini dapat berupa melakukan kegiatan bakti sosial untuk desa –
desa yang tertimpa musibah bencana alam. Mahasiswa dengan bersemangatnya
mengumpulkan bantuan melalui posko – posko, turun ke jalan meminta
sumbangan dari pengedara kendaraan bermotor bahkan ada yang rela
memberikan barang berharga demi mendapatkan biaya untuk membenahi
kerusakan yang terjadi akibat bencana alam. Contoh lain dapat kita
lihat, saat ada kerisihan dalam hati mereka melihat ketidakberdayaan
masyarakat miskin, mahasiswa memberikan bantuan berupa motivasi dan
bantuan dana untuk meringankan beban mereka.
Peran
sosial dalam diri mahasiswa tidak terlepas dari diri mereka yang
merupakan homo sosial. Mahasiswa menjalankan peran sosial dan peran
politiknya secara bersamaan dalam realita kehidupan bangsa saat ini.
Sebagai contoh dapat kita rujuk pada awal kemerdekaan, saat itu
terbentuk organisasi – organisasi dan perhimpunan mahasiswa. Organisasi
ini merupakan suatu wujud kesatuan nasional. Organisasi mahasiswa
sebagai pilar ke-4 demokrasi mulai menunjukkan taringnya saat rakyat
dilakukan semena – mena oleh rezim yang berkuasa. Penindasan hak dan
ketidakadilan pemerintah terhadap rakyat menjadi isu hangat yang
menggelontorkan mahasiswa turun ke jalan. Sebagai aksi tidak
didengarkannya tuntuan mereka atas kejadian yang memilukan. Mereke
berorasi dan berdemonstrasi mengatakan kebenaran dan menguak kebusukan.
Sebagai contoh, pada tahun 1970an mahasiswa menuntut kebijakan yang
dikeluarkan negara, menyengsarakan rakyat. Ketidakberdayaan ekonomi
negara menjadi bahan sedap untuk dipermasalahkan. Harga BBM dan
antikorupsi selalu dikumandangkan. Puncaknya mahasiswa semakin heroik
pada tahun 1998. Ribuan mahasiswa turun ke jalan untuk menduduki gedung
MPR dan memaksa Soeharto lengser dari jabatannya. Puluhan nyawa tidaklah
sia – sia bagi mereka, teriakan dan jeritan rakyat menambah amunisi
mereka untuk terus berjuang. Masih teringat jelas dan betapa kagumnya
kita pada perjuangan mahasiswa dalam tragedi semanggi I dan II , tragedi
trisakti dan beberapa daerah lainnya. Hal ini membuktikan semangat
pemuda adalah yang utama untuk merobohkan kediktatoran soeharto dan
junta militernya. Soeharto dibuat tak berdaya di hadapan mahasiswa
Indonesia. Peran sosial untuk mengawasi lembaga negara dan sebagai
kelompok penekan inilah yang selalu dijalankan oleh laskar mahasiswa.
Sebagaimana janji mereka pada Sumpah Pemuda 1928, yang menghasilkan tiga
pemahaman yaitu satu Nusa satu bangsa dan satu bahasa. Saat inipun
peran sosial politik terus dimainkan, mahasiswa masih dan akan terus
mengawasi dalam setiap tindak tanduk eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Akhir – akhir inipun aksi semakin gencar, mahasiswa mewakili
aspirasi rakyat dan telah menggantikan para politisi di senayan.
Parlemen jalanan akan sangat mudah kita saksikan, tidak lain dan tidak
bukan hanya demi keadilan untuk masyarakat. Keadilan di mata hukum, di
bidang ekonomi, pendidikan, politik dan hukum. Kelompok penekan seperti
mahasiswa semakin kokoh dengan adanya pers sebagai pilar ke-5 demokrasi
yang membantu memberikan informasi ke luar dan ke dalam. Turut sertanya
pilar ke – 5 sangat memberikan warna dalam demokrasi Indonesia dan
menginformasikan keadaan negara saat ini.
Mahasiswa
sekarang dihadapkan pada kenyataan tentang potret buruk bangsa ini dan
masalah internal yang menerpa mereka yaitu apatisme. Peran krusial
mahasiswa sebagai agen sosial, akan hancur sia – sia jika mereka
terjerumus dalam keadaan yang sedemikian. Mahasiswa memainkan lakon yang
harus berhadapan dengan sutradara politik di negara ini. Masalah sosial
yang muncul merupakan imbas permainan politikus busuk, yang menyuburkan
Korupsi di negeri ini. Harapan besar ada pada mahasiswa, merekalah
yang akan mewarisi perjuangan generasi terdahulu melawan ketidakadilan
dan opera sabun yang bermunculan akhir – akhir ini. Entah direkayasa
ataukah memang proses alam akibat kesalahan di masa lampau.
Apapun
yang terjadi selanjutnya, mahasiswa tetaplah dengan idealismenya.
Masalah terbesar dalam diri mahasiswa adalah apatisme yang dapat
melunturkan peran mahasiswa dalam membela panji keadilan dan
pemberantasan korupsi. Harapan bangsa ini tidak lain hanyalah
terwujudnya pemerintah yang bersih dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme.
Masyarakatpun menggantungkan harapannya kepada seluruh mahasiswa untuk
dapat menganyam kembali tali moral bangsa ini yang telah rusak. Peran
sosial dan politik mahasiswa diharapkan selalu muncul di saat yang tepat
untuk membela kepentingan rakyat dan melengserkan gugusan aparat keji
berdasi.
Sesungguhnya
mahasiswa diciptakan untuk membangun kembali bangsa ini yang telah jauh
terjatuh, perlahan namun pasti jelas akan tiba masa mahasiswa membawa
keadilan yang merata untuk segenap rakyat Indonesia. Peran dijalankan
dengan penuh tanggung jawab untuk mewujudkan Indonesia yang dicita –
citakan oleh kita semua. Indonesia dan Rakyat Sejahtera.